Penelitian yang Berkaitan Dengan Transfer Factor

Transfer factor bukanlah barang baru untuk komunitas peneliti di bidang kesehatan. Begitu banyak riset dan dana yang telah dikucurkan untuk penelitian ini sehingga mustahil untuk dimuat semua di sini. Kami bukan dokter, apalagi peneliti. Website kami hanya mencantumkan beberapa riset yang diambil untuk mewakili setiap dekade dengan tujuan agar pembaca mengerti bahwa produk yang kami sajikan adalah akumulasi dari berpuluh-puluh tahun penelitian di bidang immunology. Produk transfer factor yang kami sajikan adalah produk mutakhir yang sudah berjarak puluhan tahun sejak penelitian-penelitian ini dilakukan sehingga lebih stabil, aman dan manfaatnya sudah jauh lebih optimal.
Phenotypic Expression of Autoimmune autistic disorder (AAD): A Major Subset of Autism – Vijendra K. Singh, dkk – Annals of Clinical Psychiatry – 2009
Ringkasan: Penelitian dengan metoda virus serology membuktikan adanya kaitan antara autisme dan auto-immune. Penderita autisme menunjukkan respon positif terhadap terapi imun. Di akhir sesi terapi transfer factor, orang tua pasien melaporkan peningkatan kemampuan berbahasa, kemampuan sosial dan kesehatan secara umum. Selengkapnya …
Catatan: Autisme adalah spektrum yang ditandai oleh terhambatnya perkembangan dan kurangya kemampuan sosial anak. Kendati asal muasal autism tidak bisa dijelaskan, Prof Singh berkeyakinan bahwa sebagian besar (hingga 80%) kasus autism disebabkan gangguan imunitas pada otak.

Transfer factors as immunotherapy and supplement of chemotherapy in experimental pulmonary tuberculosis - R A Fabre, dkk - Clinical and Experimental Immunology, Mei 2004

Ringkasan: Percobaan dilakukan terhadap tikus laboratorium untuk mempelajari efektifitas transfer factor dalam pemberantasan TBC. Hasil percobaan menunjukkan bahwa efisiensi transfer factor sangat tergantung pada dosis yang diberikan. Setelah 26 minggu, obervasi menunjukkan bahwa tikus yang diberi dosis optimal memiliki 95% kemungkinan untuk bertahan hidup sementara yang dosisnya tidak optimal mempunyai kesempatan hidup yang bervariasi. Selengkapnya ...
Kompetensi Kekebalan dan Terapi Transfer Factor pada Uveitis (Immunocompetence and Transfer Factor Therapy in Uveitis) – Aubry Abramson, dkk – British Journal of Opthalmology – 1980
Ringkasan: Penelitian klinis yang melibatkan 20 pasien yang terdiagnosa uveitis dengan transfer factor. 12 pasien berstatus immune incompetent. 8 dari 12 orang ini statusnya berubah menjadi competent pada akhir sesi pengobatan sehingga boleh menurunkan dosis atau meninggalkan sama sekali obat anti radang. Lima orang diantaranya mengalami peningkatan kemampuan visual secara signifikan. Selengkapnya …
Catatan: Uveitis adalah peradangan pada uvea (bagian mata yang terdiri dari iris, choroids, dan corpus siliaris) dengan gejala mata merah, nyeri, silau, penglihatan buram. Uveitis bisa disebabkan oleh infeksi (TBC, herpes, sifilis, cytomegalovirus), autoimmune (rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, lupus), radang atau kanker.
Wiskott-Aldrich Syndrome – Result of Transfer Factor Therapy – Lynn E. Splitter, dkk – The Journal of Clinical Investigation Vol 51 – 1972
Ringkasan: 12 pasien penderita sindrom Wiskott-Aldrich menjalani pengobatan transfer factor untuk memicu imunitas di tingkat sel. Perbaikan klinis terdeteksi pada 7 pasien. Beberapa pasien mengalami penurunan tingkat pendarahan dan infeksi berulang, dan menghilangnya eksim. Selengkapnya …
Catatan: Wiskott-Aldrich Syndrome adalah penyakit yang ditandai dengan lemahnya sistem kekebalan tubuh dan sukarnya darah membeku yang disebabkan oleh rendahnya jumlah sel-sel platelets. Sel-sel darah putih tidak berfungsi normal dan bisa meningkatkan resiko eksim dan lymphoma.

0 komentar:

Posting Komentar

More

Whats Hot