Mengapa Network Marketing

Saat menjumpai calon customer ada sebuah pertanyaan yang dilontarkan: Jika produk yang anda tawarkan memang benar-benar bagus mengapa harus ditawarkan lewat network marketing? Sebagai seorang pemula di network marketing (NM) saya tidak bisa langsung menjawab. Kenapa tidak, pikir saya.
Pertanyaan yang sebenarnya muncul di benak saya adalah, mengapa orang sampai melontarkan petanyaan itu? Mengapa orang tidak menanyakan “Jika produk anda bagus, kenapa harus diiklankan di surat kabar, TV dan radio?”. Publik sudah menerima bahwa produk yang bagus pun perlu diiklankan tetapi tidak bisa menerima bahwa produk yang bagus boleh dipasarkan lewat NM. Secara cepat saya bisa simpulkan bahwa image network marketing kurang berkenan di mata masyarakat Indonesia. Mengapa bisa begitu? Untuk mengetahui kenapa masyarakat luas umumnya tidak menyukai network marketing saya mengadakan riset.
Pendapat yang Kontra MLM
Kejenuhan pasar karena kurangnya kontrol. Semisal PT Karpet Ajaib Internasional ingin memasarkan model baru: sebuah karpet yang bisa terbang. Dalam pemasaran konvensional, perusahaan ini harus membuat rencana berdasarkan prediksi penjualan dan mendirikan pabrik dengan jumlah tenaga kerja yang cukup, menunjuk distributor untuk memasarkan barang dan tidak lupa mengatur jumlah inventori supaya harga di pasaran bisa di-maintain. Berarti harus ada orang yang bertugas melakukan analisa pasar, merespon hasil analisis, dan aksi-aksi controlling lainnya. Seorang blogger berargumen bahwa pada sistem NM tidak ada yang melakukan ini sebab semua orang sibuk menjual produk. Karena upaya mengontrol pasar tidak ada, pada akhirnya sebagus apapun produk NM tersebut, market akan jenuh dengan sendirinya.
Struktur pyramid: Sebuah masalah. Pada perusahaan konvensional jumlah tenaga marketing akan dikontrol. Tidak boleh kurang agar tidak menghilangkan opportunity, tidak boleh lebih supaya tidak mengurangi profit (untuk membayar gaji karyawan). Dalam skema MLM, tidak ada pembatasan jumlah tenaga marketing karena merekalah sumber pemasukan bagi perusahaan. Bagi kebanyakan NM (yang akhirnya gagal), produk yang ditawarkan hanyalah kedok sebab mekanisme mesin uang yang sesungguhnya ada pada rekrutmen anggota. Dalam setiap struktur piramida, orang yang betul-betul sukses tidak sampai 5%.
Etika dan moral. Pada hampir semua jenis NM, marketer akan diberikan iming-iming besarnya bonus yang akan diraih. Di pamflet, brosur dan seminar foto-foto liburan ditempel di sana-sini untuk memotivasi anggota. Untuk sebagian publik fenomena ini dianggap sebagai gejala materialisme yang menjadi ciri khas anggota NM. Oleh sebab itulah muncul kecurigaan mengapa anggota harus diiming-imingi sedemikian rupa. Jika opportunity nya benar-benar ada dan legal, kenapa mereka tidak fokus pada market dan pasar? Salah seorang blogger beranggapan bahwa penyamaran ini perlu dilakukan karena orang yang menjadi ambisius (karena iming-iming) akan kehilangan akal sehat untuk menganalisa produk dan market.
MLM mengorbankan hubungan inter personal. Seorang MLM fanatik berpikir dan bertindak dengan insting MLM yang kuat. Setiap ketemu orang jualan produk, makan bersama yang dibahas produk, tidur pun mimpi produk. Pendek kata: nggak asik banget. Buat mereka hanya ada perbedaan tipis antara “upaya membangun network”  dan “mengekspoitasi hubungan baik” dengan relasi (teman, saudara). Di banyak NM orang mengorbankan hubungan baik ini karena adanya ambisi dan tekanan yang kuat untuk meng-goalkan penjualan, dan untuk orang yang tidak memiliki latar belakang salesmanship yang kuat, “korban” nya adalah handai taulan dan sahabat dekat. Buat mereka pilihan nya hanya dua: “make the sales“ atau “get out of here”.
Network Marketing Menurut Hemat Saya
Jenuh tidaknya pasar sangat tergantung pada jenis produk yang ditawarkan oleh sebuah produsen, baik NM atau konvensional. Pasar tidak akan akan jenuh apabila produk yang terbeli habis terpakai atau usang dan harus diganti. Pasar Gilette tidak pernah jenuh karena produknya adalah consumable dan mereka selalu memperbarui modelnya pisau cukur mereka. Saat ini di Amerika jumlah telephone genggam lebih banyak daripada populasi penduduknya. Produsen telepon genggam masih terus memasarkan produknya di Amerika karena pasar belum jenuh karena minat beli masih bisa dibangkitkan dengan model dan teknologi yang baru.
Adalah sangat benar bahwa pada sebuah struktur piramida hanya (mungkin bahkan kurang) 5% dari anggota komunitas tersebut yang akan mengalami kesuksesan. Akan tetapi, persentasi ini juga berlaku pada semua piramida yang ada di dunia. Di perusahaan konvensional sekalipun hanya sekitar 5% yang mencapai kesuksesan financial yaitu para pimpinan perusahaan, eksekutif dan manager. Tanpa ada statistic yang memadai sekalipun rasa-rasanya anda akan percaya jika saya mengatakan bahwa hanya 5-10% dari orang-orang yang pernah merintis usaha telah merasakan sukses financial yang luar biasa, sisanya balik modal atau merugi atau malah bangkrut.
Pada NM yang bagus, fokus diberikan untuk pengembangan diri, pengenalan produk, dan support yang diberikan setelah konsumen membeli produk (after sales). Tidak semua NM mengkaderisasi anggota dengan iming-iming materi melulu secara berlebihan. Motivasi financial itu perlu, yang penting dosisnya seimbang. Pada akhirnya semuanya berpulang pada anda untuk memilah-milah mana informasi yang berguna buat perkembangan diri anda, mana yang harus disingkirkan karena berdampak negatif buat anda. Pada perusahaan konvensional pun karyawan akan termotivasi jika dijanjikan kenaikan jabatan atau bonus.
Dari sudut pandang lain MLM adalah tempat berkumpulnya orang-orang dengan energi positif, sebuah formula utama memajukan bisnis. Jika tempat anda bekerja berisi banyak orang dengan tingkat energi yang sama, perusahaan anda akan cepat maju. Jadi menurut hemat saya masalah etika dan moral akan berpulang pada diri anda sendiri tergantung bagaimana cara anda menjalankan bisnis anda.
Tentang hubungan personal, semuanya berpulang kepada anda apakah anda memakai cara “brute force attack” atau metoda pemasaran secara santun. Anda tidak akan kehilangan hubungan baik anda dengan orang lain jika menggunakan metoda pemasaran yang santun. Tentu saja salesmanship skill anda akan teruji di sini. Tidak ada jaminan untuk tidak menerima cibiran dan komentar kurang bersahabat seperti: “cantik-cantik kok jualan MLM”, bahkan dengan pemasaran secara santun sekalipun. Ada baiknya upaya prospek dilakukan secara terang-terangan, jangan disamarkan dengan undangan makan atau “diskusi”. Pandai-pandailah membaca bahasa tubuh calon customer / downline untuk menentukan apakah anda perlu melanjutkan “marketing campaign” anda atau tidak. Dengan begini tidak ada hubungan baik yang dikorbankan. Bergabunglah dengan NM yang tidak merampas hak anda dengan cara membebankan target penjualan yang tidak masuk akal. Bergabung dengan NM yang masuk akal akan membuat anda lebih rileks dan punya banyak waktu untuk merumuskan strategi dan mengerucutkan target pasar anda.
Tinjauan Umum
Robert Kiyosaki dan Donald Trump menyebut bahwa network marketing adalah model bisnis yang bagus karena hanya memerlukan investasi awal yang kecil dan biaya operasionalnya rendah sehingga cocok untuk mereka yang sedang belajar menjalankan bisnis atau sedang berada pada fase peralihan dari pekerja biasa menjadi wirausaha. Jika model usaha konvensional mengeluarkan sebagian besar biaya untuk iklan dan marketing, NM membayar orang-orang yang menyukai produk mereka untuk memasarkannya ke orang-orang terdekat mereka. Ingat: berita mulut ke mulut diakui sebagai salah satu metoda marketing yang sangat efektif termasuk oleh perusahaan konvensional.
Adalah suatu fakta bahwa model bisnis NM mampu bertahan selama beberapa dekade. Alasannya sederhana:  win-win situation. Perusahaan mendapatkan penetrasi pasar yang tidak bisa dilakukan oleh perusahaan konvensional, sedangkan pekerja independen (marketer) mendapatkan reward finansial yang signifikan.
Network marketing, seperti halnya conventional marketing lain nya adalah sama-sama metoda pemasaran yang mempunyai kelebihan dan kekurangan yang tentu saja pemilihannya ditentukan berdasarkan strategi perusahaan yang meluncurkan produk tersebut. Pada akhirnya semuanya harus tunduk kepada hukum-hukum marketing, dan tentu saja hukum alam: only the best survive.
Tentang 4Life Transfer Factor dan Saya
Jika anda mau meluangkan waktu dan membaca bagian lain dari blog ini yang berisi contoh riset tentang transfer factor, maka anda akan langsung tahu bahwa produk ini bukan produk yang tidak jelas. Sebaliknya transfer factor adalah produk berteknologi tinggi hasil dari puluhan tahun penelitian. Anda bisa mengunjungi website National Center for Biotechnology Information dan mengetikkan keyword transfer factor untuk mengetahui betapa banyaknya penelitian yang telah dilakukan di bidang ini.
Saya bergabung dengan network ini setelah anak saya merasakan manfaat suplemen yang dipasarkan oleh network tersebut dan saya berusaha mengenal transfer factor sebelum bergabung dengan jaringan ini. Sebagian besar orang tidak melakukan penelitian yang memadai sebelum bergabung dengan sebuah jaringan. Jika anda melakukan riset yang memadai sebelum bergabung dengan sebuah network niscaya anda akan terhindar dari “malapetaka”.
Referensi

Penelitian yang Berkaitan Dengan Transfer Factor

Transfer factor bukanlah barang baru untuk komunitas peneliti di bidang kesehatan. Begitu banyak riset dan dana yang telah dikucurkan untuk penelitian ini sehingga mustahil untuk dimuat semua di sini. Kami bukan dokter, apalagi peneliti. Website kami hanya mencantumkan beberapa riset yang diambil untuk mewakili setiap dekade dengan tujuan agar pembaca mengerti bahwa produk yang kami sajikan adalah akumulasi dari berpuluh-puluh tahun penelitian di bidang immunology. Produk transfer factor yang kami sajikan adalah produk mutakhir yang sudah berjarak puluhan tahun sejak penelitian-penelitian ini dilakukan sehingga lebih stabil, aman dan manfaatnya sudah jauh lebih optimal.
Phenotypic Expression of Autoimmune autistic disorder (AAD): A Major Subset of Autism – Vijendra K. Singh, dkk – Annals of Clinical Psychiatry – 2009
Ringkasan: Penelitian dengan metoda virus serology membuktikan adanya kaitan antara autisme dan auto-immune. Penderita autisme menunjukkan respon positif terhadap terapi imun. Di akhir sesi terapi transfer factor, orang tua pasien melaporkan peningkatan kemampuan berbahasa, kemampuan sosial dan kesehatan secara umum. Selengkapnya …
Catatan: Autisme adalah spektrum yang ditandai oleh terhambatnya perkembangan dan kurangya kemampuan sosial anak. Kendati asal muasal autism tidak bisa dijelaskan, Prof Singh berkeyakinan bahwa sebagian besar (hingga 80%) kasus autism disebabkan gangguan imunitas pada otak.

Transfer factors as immunotherapy and supplement of chemotherapy in experimental pulmonary tuberculosis - R A Fabre, dkk - Clinical and Experimental Immunology, Mei 2004

Ringkasan: Percobaan dilakukan terhadap tikus laboratorium untuk mempelajari efektifitas transfer factor dalam pemberantasan TBC. Hasil percobaan menunjukkan bahwa efisiensi transfer factor sangat tergantung pada dosis yang diberikan. Setelah 26 minggu, obervasi menunjukkan bahwa tikus yang diberi dosis optimal memiliki 95% kemungkinan untuk bertahan hidup sementara yang dosisnya tidak optimal mempunyai kesempatan hidup yang bervariasi. Selengkapnya ...
Kompetensi Kekebalan dan Terapi Transfer Factor pada Uveitis (Immunocompetence and Transfer Factor Therapy in Uveitis) – Aubry Abramson, dkk – British Journal of Opthalmology – 1980
Ringkasan: Penelitian klinis yang melibatkan 20 pasien yang terdiagnosa uveitis dengan transfer factor. 12 pasien berstatus immune incompetent. 8 dari 12 orang ini statusnya berubah menjadi competent pada akhir sesi pengobatan sehingga boleh menurunkan dosis atau meninggalkan sama sekali obat anti radang. Lima orang diantaranya mengalami peningkatan kemampuan visual secara signifikan. Selengkapnya …
Catatan: Uveitis adalah peradangan pada uvea (bagian mata yang terdiri dari iris, choroids, dan corpus siliaris) dengan gejala mata merah, nyeri, silau, penglihatan buram. Uveitis bisa disebabkan oleh infeksi (TBC, herpes, sifilis, cytomegalovirus), autoimmune (rheumatoid arthritis, ankylosing spondylitis, lupus), radang atau kanker.
Wiskott-Aldrich Syndrome – Result of Transfer Factor Therapy – Lynn E. Splitter, dkk – The Journal of Clinical Investigation Vol 51 – 1972
Ringkasan: 12 pasien penderita sindrom Wiskott-Aldrich menjalani pengobatan transfer factor untuk memicu imunitas di tingkat sel. Perbaikan klinis terdeteksi pada 7 pasien. Beberapa pasien mengalami penurunan tingkat pendarahan dan infeksi berulang, dan menghilangnya eksim. Selengkapnya …
Catatan: Wiskott-Aldrich Syndrome adalah penyakit yang ditandai dengan lemahnya sistem kekebalan tubuh dan sukarnya darah membeku yang disebabkan oleh rendahnya jumlah sel-sel platelets. Sel-sel darah putih tidak berfungsi normal dan bisa meningkatkan resiko eksim dan lymphoma.

Alergi

Alergi adalah salah satu kondisi kesehatan kronis yang diderita oleh banyak orang di seluruh dunia. Efeknya bermacam-macam mulai dari hanya sekedar bentol di kulit hingga akibat yang bisa membahayakan jiwa.
Berdasarkan informasi dari AAAAI (American Academy of Allergy Asthma and Immunology) organisasi yang beranggotakan ribuan spesialis di bidang alergi dan pakar sistem kekebalan, alergi bermula dari sistem kekebalan manusia sendiri yang berperan penting dalam melindungi tubuh kita dari serangan mikroorganisma penyebab penyakit. Pada penderita alergi, sistem kekebalan keliru mengenali zat-zat yang tidak berbahaya (yang disebut alergen) sebagai pembawa penyakit. Akibatnya sistem kekebalan memicu tubuh kita memproduksi antibodi-antibodi yang diklasifikasikan sebagai Immunoglobulin E dan disalurkan ke sel-sel yang kemudian merespon dengan memproduksi histamin. Histamin inilah yang kemudian menyebabkan reaksi alergi. Respon alergi menyebabkan reaksi awal seperti bersin-bersin, gatal, ingus dan mata berair. Boleh dikatakan bahwa reaksi alergi dipicu oleh sistem kekebalan yang memberikan respons terhadap “false alarm”.
Reaksi alergi biasanya mengakibatkan simptom di hidung, paru-paru, tenggorokan, sinus, telinga, perut atau kulit. Untuk sebagian orang reaksi alergi bahkan mampu memicu asma. Alergen yang umum dijumpai adalah pollen, debu, makanan-makanan tertentu, sengatan racun serangga, binatang (dander), jamur, obat-obatan, dan bahkan latex (sejenis karet).

Anafilaksis
Alergen bisa masuk ke dalam tubuh lewat udara (terhirup), makanan /minuman atau lewat kulit. Alergen tertentu bisa masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan reaksi yang hebat yang mengancam jiwa, kondisi ini disebut anafilaksis. Saat terserang anafilaksis, jaringan-jaringan tubuh membengkak. Yang paling berbahaya adalah apabila jaringan di tenggorokan ikut membengkak hingga mempersempit jalan nafas. Anafilaksis juga dapat menyebabkan tekanan darah menurun drastis. Menurut referensi dari Ohio State University Medical Center simptom-simptom tersebut kadang-kadang disertai oleh gejala-gejala seperti gatal dan ruam-ruam (hives) di sekujur tubuh, pembengkakan kerongkongan dan lidah, kesulitan bernafas, pusing, pening, kejang perut, mual, diare, shock dan kehilangan kesadaran. Anafilaksis biasanya disebabkan oleh serum, sengatan serangga (bisa), bahan kimia atau reaksi obat.
Karena alergi berhubungan erat dengan sistem kekebalan, adalah pilihan yang logis bila dokter merujuk pasien dengan kasus alergi berat untuk menjalani terapi sistem kekebalan (immunotherapy). Terapi alergi dalam bentuk injeksi dilaporkan mengurangi sensitivitas pasien terhadap alergen. Ada beberapa laporan yang menyatakan bahwa terapi tersebut mampu bertahan lama bahkan setelah terapi tersebut dihentikan. Ini membuat immunotherapy menjadi salah satu metoda yang efektif dan hemat biaya.
Dalam sebuah publikasi ilmiah yang diterbitkan pada tahun 2004 dengan judul “Treatment of Allergic Manifestations with Transfer Factor” disebutkan bahwa Transfer Factor (TF) mampu meningkatkan jumlah T-supressor lymphocyte sehingga memberikan fungsi immunoregulatory pada saat terjadi reaksi alergi. Di publikasi yang sama juga disebut bahwa pemberian TF mampu menghilangkan simptom eksim untuk mayoritas pasien bahkan sampai 3 bulan setelah terapi dihentikan. Sedangkan pada populasi anak-anak pengidap asma yang dipicu oleh alergi pollen, kondisi anak-anak tersebut membaik setelah 2 minggu mengkonsumsi TF. Percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa selama terapi TF, paparan terhadap pollen tidak membangkitkan reaksi alergi.
Teknologi telah memungkinkan 4Life (salah satu perusahaan yang memproduksi Transfer Factor) menghasilkan produk yang diturunkan dari colustrum sapi dan kuning telur ayam. Produk ini mampu mengatasi alergi  dengan baik (catatan : konsultasikan kepada dokter jika anda mempunyai alergi terhadap susu sapi atau telur ayam).

Referensi

Terapi Autisme

Meskipun autisme (autism spectrum disorder / ASD) sudah dilaporkan sejak 60 tahun yang lalu oleh Leo Kanner seorang psikiater asal Amerika, hingga saat ini penyebab terjadinya autisme masih sukar dijelaskan. Dengan berkemabangnya pengetahuan, autisme dewasa ini tidak hanya dipahami sebagai gangguan perkembangan yang hanya punya dimensi psikologi semata, tapi juga mulai dipahami dari aspek biologis. Autisme secara umum dicirikan sebagai gangguan yang menyebabkan terjadinya 4 macam kekurangan :
1.       Berkurangnya tingkat perkembangan anak
2.       Berkurangnya respon panca indra anak
3.       Berkurangnya kemampuan berbicara, berbahasa dan berkomunikasi
4.       Berkurangnya kemampuan dalam hal tata krama dan interaksi sosial
Kurang lebih 15 tahun yang lalu prevalensi penderita autisme di Amerika ada dalam kisaran 4-5 kejadian setiap 10,000 kelahiran. Jumlah ini meningkat dramatis sepuluh tahun sesudahnya, seperti dilaporkan oleh US Center for Disease Control  and Prevention menjadi 1 kejadian per 150 kelahiran (meningkat kira-kira 10 kali lipat). Kondisi yang sama juga dilaporkan di Canada dengan jumlah penderita 200 ribu anak, India 1 - 2 juta anak, dan China 1.5 - 3 juta anak [1].
Vijendra K. Singh seorang peneliti senior dari Brain State International Research Center berkeyakinan bahwa autisme mempunyai hubungan kuat dengan gangguan auto-immune. Beliau percaya bahwa hingga 80% kasus autisme berhubungan dengan gangguan pada sistem kekebalan otak. Dalam hipotesanya disebutkan bahwa reaksi abnormal sistem imun tersebut mengubah struktur otak terutama selubung myelin yang berfungsi mempercepat penghantaran sinyal di jaringan otak [3]. Gangguan struktural ini pada akhirnya menyebabkan 4 kekurangan di atas yang efeknya seumur hidup.
Auto-immune adalah kondisi dimana sistem kekebalan kita sendiri memberikan reaksi tidak wajar (abnormal) menyerang organ / sel-sel tubuh kita sendiri. Ciri-ciri penyakit auto-immune adalah :
1.       Biasanya berhubungan dengan gen yang mengontrol respon sistem kekebalan yang pada gilirannya menyebabkan sel limfosit T menjadi tidak normal
2.       Merangsang produksi auto-antibody (antibodi yang menyerang sel-sel tubuh kita sendiri)
3.       Biasanya dipengaruhi oleh factor hormon dan jenis kelamin
Tiga hal itu terlihat jelas dalam kasus autisme. Banyak diantara anak-anak penderita autisme menunjukkan kadar autoantibodi terhadap myelin. 80% penderita autisme adalah laki-laki dan tidak jarang dalam keluarga penderita autisme ditemukan sejarah penyakit auto-immune seperti multiple sclerosis, arthritis, diabetes tipe 2, dll. Faktor gender ini juga terlihat jelas pada kasus penyakit auto-immune lainnya seperti Lupus dan Graves’s disease [2].
Meskipun ada keterlibatan faktor genetik, Singh melihat bahwa kontribusi faktor genetik tidak bersifat langsung dan lebih dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti virus, vaksin, kimia beracun (toxin) maupun faktor-faktor lain yang belum diketahui.
Teori baru : Mekanisme autoimmune menjadi penyebab autisme
Lebih dari 25 tahun yang lalu tim riset professor Singh mengemukakan hipotesa bahwa faktor eksternal (seperti virus) mampu memicu reaksi imunitas pada otak yang bisa menyebabkan kerusakan struktural. Pola terjadinya autisme dapat digambarkan secara ringkas sebagai berikut :

Faktor Lingkungan (infeksi virus / antigen / toxin) à Reaksi Immune abnormal à Autisme

Fakta-fakta yang menunjukkan tidak normalnya sistem kekebalan pada anak autis :
1.       Sistem imun anak autis menunjukan “over reaction” terhadap virus dan vaksin campak dan vaksin MMR (measles, mumps, rubella) yang dikaitkan dengan produksi auto-antibody terhadap myelin
2.       Anak autis mempunyai jumlah limfosit, T helper, NK (sel pembunuh kanker) di bawah standar
3.       Anak autis menunjukkan respon positif terhadap terapi autoimmune seperti autoantigen, intravenous immunoglobulin dan transfer factor [1]
Dalam percobaan yang dilakukan untuk membuktikan kaitan antara auto immune dan autisme, Singh menggunakan metode virus serology. Virus serology adalah metode yang bisa diandalkan untuk mengukur seberapa besar respon sistem kekebalan terhadap virus yang menyerang manusia. Respon sistem kekebalan ditunjukkan oleh seberapa banyak antibodi diproduksi setelah injeksi virus / vaksin dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan respon yang signifikan terhadap virus campak. Dibandingkan anak normal, anak autis menunjukkan respon hyper-immune terhadap virus campak, hal ini terlihat dari banyaknya jumlah antibody yang dihasilkan. Respon yang serupa didapatkan pada percobaan dengan vaksin MMR (ada elemen campak atau measles pada vaksin MMR).
P1 - Respon anak autis terhadap virus campak


P2 - Respon anak autis terhadap vaksin MMR (measles, mumps, rubella)
Pengobatan berbasis modulasi immune pada penderita autisme
Keyakinan Professor Singh bahwa autisme sangat terkait dengan imunitas adalah karena pasien autisme memberikan respon positif terhadap terapi imunitas, terapi yang bertujuan memberikan kesetimbangan sistem imun. Salah satu pengobatan yang disebutkan dalam publikasi Singh adalah transfer factor. Professor Singh menjelaskan bahwa transfer factor mengatur sel NK (singkatan dari natural killer, sel alami pembunuh kanker) dan limfosit T pada saat terjadi infeksi mikroba atau virus. Studi menunjukkan bahwa anak autis menunjukkan peningkatan setelah diberikan RioVida (4Life Research). Orang tua pasien juga melaporkan meningkatnya kemampuan berbahasa, interaksi sosial, tidur, konsentrasi selain peningkatan kesehatan yang baik secara umum yang bisa jadi disebabkan karena berkurangnya infeksi.

P3 - Cuplikan publikasi tentang transfer factor
Selain transfer factor, pengobatan sejenis yang boleh dicoba adalah terapi immunoglobulin, terapi auto-antigen, dll.
Referensi
2.       Auto Immunity, Vaccines and Autism – Healing Arts (Forum Terapi Alternatif dan Inovatif untuk anak dengan gangguan perkembangan, cedera otak dan gangguan saraf)
3.       Myelin Sheath – Wikipedia

Korelasi Kejang dan Epilepsi Dengan Gangguan Imunitas

Pada tahun 2009 Science Daily mempublikasikan sebuah liputan terhadap penelitian Universitas Colorado yang dirangkum dalam artikel berjudul “Brain’s Immune System May Cause Chronic Seizure”. Di liputan tersebut dijelaskan bahwa epilepsi bisa disebabkan bahan kimia yang dilepaskan oleh salah satu elemen penyusun sistem kekebalan untuk memperbaiki daerah otak yang rusak. Peneliti menemukan bahwa sel micro-glial berkumpul di daerah otak yang mengalami kerusakan. Kepala penelitian professor Daniel Barth mengatakan bahwa pada saat terjadi kerusakan atau infeksi otak, sistem kekebalan akan mencoba memperbaiki kerusakan tersebut. Selama proses ini terjadi, sel glial berpindah ke lokasi kerusakan dan melepaskan cytokine, semacam protein yang sayangnya mempunyai pengaruh buruk pada sel-sel neuron disekitarnya sehingga mengakibatkan kejang. Dalam penelitian tersebut, tim peneliti melakukan serangkaian pengujian terhadap tikus laboratorium dimana dalam penelitian tersebut, otak tikus-tikus tersebut disuntik bakteri untuk mengaktifkan sel-sel micro glial.
Tim peneliti percaya bahwa respons tahap awal sistem kekebalan tahap awal pada kasus trauma otak ini bisa menyebabkan kejang yang pertama. Pada respon tahap selanjutnya (proses ini bisa berjalan selama bertahun tahun) ada kemungkinan terjadi perubahan struktural pada otak yang bisa berkembang menjadi epilepsi kronis (seumur hidup). Barth mengatakan bahwa ada kemungkinan jika dilakukan intervensi pada saat yang tepat setelah terjadinya trauma dalam bentuk obat pengatur respon imunitas (immuno modulator), proses yang mengarah pada terbentuknya gejala epilepsi bisa dicegah. Masih menurut Barth, daripada memberikan obat anti kejang sekalian  saja diberikan obat anti immune yang bisa mencegah proses terjadinya epilepsi. Ini adalah temuan baru sebab selama bertahun-tahun para peneliti hanya memfokuskan penelitian pada neuron (sel-sel saraf) yang selama ini diduga menjadi penyebab langsung epilepsi yang sering diumpamakan sebagai badai petir mikro di dalam otak.
Pada karya ilmiah yang dipublikasikan oleh Cojocaru[2] ada bukti yang berkembang yang mengindikasikan peranan mekanisme auto immune pada beberapa kasus epilepsi baik epilepsi yang terjadi pada anak, epilepsi yang menyertai penyakit auto immune lain nya (lupus, alzheimer, dll), maupun epilepsi yang dikaitkan dengan benturan di kepala. Baru-baru ini auto immunitas ditengarai mempunyai kaitan dengan epilepsy karena ada hasil-hasil penelitian yang mendeteksi munculnya auto-antibodies yang berpotensi menyebabkan epilepsy. Sudah umum diketahui bahwa jika sebuah auto-antibodi terdapat pada seseorang, besar kemungkinan autoantibody yang lain juga akan ditemukan. Jadi ada kemungkinan bahwa kumpulan auto-antibodi tersebut lah yang menyebabkan epilepsi tersebut.
Sebagai contoh kasus, disebut adanya kaitan antara epilepsy dan penyakit lupus (Systemic Lupus Erythematosus – SLE). Sebagai referensi statistik, hingga 20% penderita Lupus pernah mengalami epilepsy. 5 – 10% penderita lupus pernah menderita epilepsi beberapa tahun sebelum dinyatakan positif menderita lupus. Hasil statistic ini menyimpulkan bahwa penderita lupus 8 kali lebih mungkin menderita epilepsi daripada orang kebanyakan. Tingginya prevalensi epilepsi pada beberapa penyakit auto immune membuat ilmuwan semakin meyakini adanya kaitan antara keduanya.
Contoh lainnya adalah seringnya pasien Alzheimer mendapatkan serangan kejang epilepsi, dimana sudah umum diketahui bahwa pada pada pasien Alzheimer terjadi proses inflammatory neurotoxic. Selain Lupus dan Alzheimer, pasien multiple sclerosis juga kadang-kadang mengalami epilepsi yang lebih partial. Sebagai catatan, multiple sclerosis juga merupakan penyakit auto-immune.
Referensi
[2] Reaction of Immune System in Epilepsy

More

Whats Hot