Sejarah Immunotherapy / Terapi Sistem Kekebalan

Walaupun dibidang ilmu kedokteran immunotherapy termasuk disiplin baru, sejarahnya bermula sejak tahun 1778 pada saat Edward Jenner, seorang dokter berkebangsaan Inggris menemukan vaksin cacar. Jenner mengamati bahwa wanita-wanita pemerah susu yang sudah pernah terkena cacar sapi (cowpox) terlindung dari virus smallpox (cacar yang menyerang manusia) yang mematikan. Cowpox adalah virus penyebab cacar pada sapi. Virus ini tidak terlalu berbahaya dibandingkan dengan salah satu varian nya yaitu smallpox yang menyerang manusia. Untuk menguji hipotesanya Jenner menyuntikan cairan yang disedot dari bisul seorang wanita pemerah sapi yang sedang terkena cacar sapi ke lengan seorang anak kecil untuk menularkan virus tersebut. Setelah anak tersebut sembuh dari cacar sapi, Jenner menularkan smallpox kepada anak kecil tersebut. Seperti telah diduga oleh Jenner, virus yang masuk tersebut tidak berkembang menjadi penyakit cacar di tubuh anak kecil tersebut. Teknik yang diberi nama vaksinasi oleh Jenner ini berasal dari bahasa Latin vacca yang berarti sapi. Tanpa pemahaman imliah yang memadai, Jenner telah menciptakan metoda yang cukup efektif untuk mencegah berjangkitnya penyakit yang fatal.
Baru pada akhir abad 19 ilmu kedokteran berhasil menguak rahasianya : Jenner telah mensimulasi kondisi yang memungkinkan anak tersebut memperoleh kekebalan tubuh terhadap penyakit tertentu (acquired immunity). Pada saat sang anak terjangkit penyakit cacar ringan (cowpox), sistem kekebalan di tubuhnya mengeluarkan reaksi perlawanan terhadap virus yang datang menyerang. Pada kesempatan lainnya, saat tubuhnya terpapar virus smallpox, virus tersebut tidak berkembang menjadi penyakit karena limfosit memory (sel T dan B) dari sel-sel kekebalan telah mengingat infeksi cacar sapi yang pernah dideritanya. Kondisi ini merangsang tubuh untuk memproduksi antibodi yang cocok untuk virus yang sejenis dengan virus cacar sapi yang pernah dideritanya. Experimen rintisan ini membuka jalan bagi diproduksinya vaksin-vaksin rabies, dipteri, demam kuning / jaundice, polio, gondongan, hepatitis B, campak, flu, batuk rejan / pertusis, dan tetanus. Saat ini immunotherapy sudah jamak digunakan untuk mengatasi infeksi mikroba.
Hubungan antara kanker dan sistem kekebalan baru diketahui kira-kira seabad yang lalu, jauh sebelum cara kerja sistem kekebalan manusia yang kompleks betul-betul dipahami. Di awal 1890-an Dr William B. Coley seorang dokter di New York dibuat bingung oleh hilangnya tumor ganas dari seorang pasien yang kebetulan terjangkit infeksi  bakteri streptococcus akut. Menduga bahwa infeksi bakteri tersebut (dengan cara yang tidak dipahaminya) menyebabkan melemahnya tumor, Coley melakukan sebuah ekperimen. Coley menyuntikkan streptococcus ke tubuh pasien penderita kanker yang tidak mungkin lagi dioperasi untuk melihat apakah tumor pasien tersebut akan berkurang. Setelah mencoba tiga macam kultur bakteri ke dalam tubuh tiga orang penderita, pada experiment yang keempat dia mendapatkan formula yang sukses menghilangkan tumor pasien seluruhnya.
Dr Coley terus mengembangkan penelitian ini dan menghasilkan campuran bakteri mati yang dikenal dengan Coley’s mixed bacterial toxin untuk terapi kanker. Kelompok Coley menangani lebih dari seribu pasien dengan tingkat keberhasilan yang bervariasi. Pada saat itu immunology masih pada fase awal dan belum mampu menjelaskan banyak hal. Karena hasil yang tidak bisa diramalkan dan tidak ada komunitas kedokteran yang sanggup menjelaskan cara kerja metoda perawatan Coley, metoda ini tidak diakui dan akhirnya menjadi terlupakan pada tahun-tahun selanjutnya.
Minat para ilmuwan kembali lagi saat anak Dr Coley, Helen Coley Nauts mempublikasikan hasil  pengamatan yang jenius terhadap eksperimen-eksperimen ayahnya. Hasil pengamatan ini disusun dan dibagi-bagikan ke komunitas ilmuwan. Perlahan-lahan para ilmuwan mulai mengerti bagaimana formula Dr Coley berfungsi. Ternyata formula bakteri Dr Coley telah merangsang sel-sel imun tertentu untuk membunuh sel-sel kanker baik secara langsung maupun tidak langsung. Sejak didirikannya Cancer Research Institute oleh Helen Coley Nauts pada tahun 1953, lembaga itu telah membagi-bagikan berbagai hasil penelitian untuk mendukung riset lanjutan yang bertujuan menguak hubungan antara kanker dan sistem kekebalan. Hari ini cancer immunology merupakan bidang yang berkembang pesat dan Dr Coley dianggap sebagai bapak “cancer immunotherapy” (terapi sistem kekebalan untuk melawan kanker).
Catatan: Artikel diatas adalah terjemahan bebas dari publikasi Cancer Research Institute berjudul “CANCER AND THE IMMUNE SYSTEM: The Vital Connection”
Referensi

Transfer Factor

Pada hari-hari pertama kelahiran bayi, seorang ibu menurunkan kekebalan atas semua penyakit yang pernah diderita oleh sang ibu kepada bayinya dalam bentuk kolustrum. Sebagai suplemen alami pertama molekul transfer factor ini mendidik dan memperkuat sistem kekebalan sang bayi yang belum berfungsi sempurna. Transfer kekebalan ini serupa dengan vaksinasi, hanya saja bedanya bayi tidak pernah benar-benar terpapar oleh bibit penyakit. Selain itu efek kekebalannya bersifat langsung tidak seperti vaksinasi dimana kekebalan tubuh diperoleh beberapa saat setelah tubuh selesai mempelajari penyakit tersebut. Proses transfer informasi kekebalan ini dialami oleh semua jenis mamalia lainnya tanpa kecuali.
Sejarah transfer factor bermula pada tahun 1949 saat Dr Sherwood Lawrence seorang peneliti dari Universitas New York menemukan bahwa respon sistem kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit bisa dipindahkan dari satu individu ke individu yang lain. Di tahun 1990 David Lisonbee memulai sebuah “pencarian” yang bertujuan meningkatkan kesehatan diri sendiri. David kecewa dengan minimnya hasil yang didapatkankannya dari mengkonsumsi produk-produk alami sampai suatu saat David menemukan catatan penelitian tentang transfer factor dan mulai mengembangkannya. Karena manfaat yang diperoleh sejak mengkonsumsi transfer factor, bersama istrinya di tahun 1998 David memberanikan diri meluncurkan produk pertama mereka.
Di tahun-tahun awal penelitian, transfer factor didapatkan dari darah manusia dan sapi. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selama bertahun-tahun, para ahli dari 4Life berhasil mengekstrak colustrum sapi dan kuning telur untuk dijadikan bahan dasar suplemen yang dipasarkan sebagai produk-produk “4Life Transfer Factor”. Proses filtrasi yang telah dipatenkan ini membuat keamanan produk meningkat dan harga produk-produk transfer factor menjadi jauh lebih terjangkau.

Transfer Factor bekerja melalui 3 tahapan:
1.       Membantu sistem kekebalan tubuh mengenali ancaman penyakit (bakteri, virus, parasit, dll)
2.       Membantu sistem kekebalan tubuh memberikan respon yang sesuai untuk jenis penyakit tertentu
3.       Membantu mengingat respon yang telah diberikan oleh sistem kekebalan sehingga tubuh mengetahui apa yang harus dilakukan jika terkena serangan penyakit yang sama di kemudian hari
Transfer factor bermanfaat tidak saja untuk pencegahan penyakit tetapi juga bisa membantu pasien yang menderita penyakit yang disebabkan oleh lemahnya sistem kekebalan. Transfer Factor juga mampu membantu mengembalikan sistem kekebalan pasien menjadi normal kembali.

Produk Unggulan 4Life Transfer factor
Transfer Factor Plus Tri-Factor Formula (TFP)

TFP meningkatkan fungsi sel-sel pendukung kekebalan tubuh terutama sel-sel NK (natural killer) hingga 437%*. Molekul pembawa pesan (messenger molecule) di TFP membantu melatih sel-sel kekebalan untuk mengenali, merespon dan mengingat bibit penyakit yang datang menyerang. Formula dalam TFP meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh untuk mempertahankan kesehatan yang optimal, meningkatkan tenaga dan kualitas hidup anda. Selain mengandung transfer factor, dalam TFP terdapat Cordyvant, formula paten yang terdiri dari jamur maitake dan shiitake, cordyceps, IP-6 (inositol hexaphospate), ekstrak daun olive untuk meningkatkan kekebalan bawaan (innate) dan meningkatkan fungsi kardiovaskuler.


Transfer factor Tri-Factor Formula (TFA)

TFA meningkatkan fungsi sel-sel pendukung kekebalan tubuh terutama sel-sel NK hingga 283%*. Seperti halnya TFP, TFA juga membantu melatih sel-sel kekebalan untuk mengenali, merespon dan mengingat bibit penyakit. TFA mengandung ekstrak Nano Factor yang meningkatkan keseimbangan imunitas dengan cara melatih sel-sel kekebalan untuk mengetahui kapan saatnya dan bagaimana harus bereaksi dan kapan saatnya beristirahat. TFA juga meningkatkan fungsi kardiovaskuler.

Transfer Factor RioVida Tri-Factor Formula (RioVida)
RioVida memadukan formula Transfer Factor dengan antioksidan** dari buah acai, pomegranate, blueberry, elderberry dan purple grape. RioVida adalah produk transfer factor pertama di dunia yang tersaji dalam bentuk cairan. Selain meningkatkan fungsi sel-sel NK hingga 283%, RioVida juga mengandung Nano Factor, formula awet muda (anti aging), antioksidan, asam lemak, asam amino, trace minerals, flavonoid dan meningkatkan fungsi otak dan kardiovaskuler yang disajikan dalam rasa buah yang segar.

Deteksi Diabetes Tipe 1 Sejak Dini

Diabetes (kencing manis) adalah suatu keadaan dimana di dalam darah terkandung terlalu banyak glukosa (zat gula). Glukosa adalah bahan yang diperlukan sebagai bahan bakar bagi tubuh kita. Pada manusia normal glukosa yang diperoleh dari makanan dipindahkan ke otot untuk digunakan sebagai energi atau dirubah menjadi lemak sebagai cadangan energi. Proses ini diatur oleh hormon insulin yang diproduksi oleh sel-sel beta di dalam pankreas. Kekurangan insulin akan mengakibatkan glukosa tidak terproses dan terperangkap di dalam darah sehingga kadar gula darah meningkat.
Diabetes tipe 1 terjadi karena sistem kekebalan tubuh kita mengenali sel-sel beta sebagai sel  yang asing padahal sel-sel beta di pulau pankreas adalah penghasil insulin yang berfungsi sebagai regulator pengolahan glukosa. Proses auto-immune ini (lihat artikel saya - mengenali sistem kekebalan tubuh) bisa berlangsung selama bertahun-tahun. Selama proses ini berlangung, B cells (salah satu sel penting penyusun sistem kekebalan tubuh) membuat antibodi untuk melawan sel-sel penghasil insulin tersebut. Tubuh masih akan tetap memproduksi sel-sel beta akan tetapi jumlah sel-sel beta yang dihancurkan masih lebih banyak daripada yang dihasilkan. Jika pada suatu titik jumlah sel beta tinggal 20%, produksi insulin akan terhenti dan pasien akan positif terdiagnosa diabetes. Karena prosesnya berlangsung bertahun-tahun, pasien masih berpeluang memiliki sel-sel beta yang berfungsi baik jika intervensi dilakukan sebelum terlambat.
Mengenali diabetes tipe 1 sebelum terlambat
Seperti telah dijelaskan diatas, pada penderita diabetes tipe 1 tubuh memproduksi antibodi untuk melawan protein-protein penyusun sel-sel beta. Dalam dunia kedokteran antibodi-antobodi tersebut dikenal dengan nama GADAs, ICA512s, ICA IA-2s, IAAs, ICAs. Untuk penjelasan medis yang lebih rinci silakan susuri referensi dibawah. Anda bisa mengikuti tes kesehatan untuk memeriksa keberadaan antibodi-antibodi tersebut dalam tubuh anda. Jika anda terdeteksi memiliki salah satu dari antibodi-antibodi diatas maka anda beresiko terkena diabetes tipe 1. Jika ternyata malah ada lebih dari satu macam antibodi dalam tubuh anda maka resiko untuk terkena diabetes meningkat 4 kali lipat.
Tinjauan genetik
Diabetes tipe 1 adalah termasuk penyakit genetik yang bersifat kompleks. Jika ada salah satu anggota keluarga yang mengidapnya anda juga beresiko terkena diabetes tipe 1 walaupun resikonya kecil. Di antara kelompok-kelompok etnik, ras kulit putih dari Eropa utara paling beresiko mengidap diabetes tipe 1.
Karena berhubungan dengan auto-immunity penyakit ini juga dihubung-hubungkan dengan penyakit sejenis seperti Celiac, Hypotiroid, Hypertiroid, gagal ginjal dan pernicious anemia.
Kepada penderita diabetes tipe 1 harus diberikan injeksi insulin seumur hidup dan diusahakan pola hidup sehat. Olah raga yang cocok akan meningkatkan kebugaran secara umum. Pola makan harus diatur. Kadar gula harus terus menerus dimonitor jangan sampai terlalu tinggi karena kelebihan glukosa dalam darah dalam jangka panjang akan merusak fungsi mata dan ginjal.
Referensi
http://www.idf.org/types-diabetes

Mengenali Sistem Kekebalan Tubuh

Sistem kekebalan adalah struktur biologi dan proses yang bekerja di dalam tubuh kita untuk melawan antigen. Antigen adalah bakteri, virus, cacing, ataupun parasit-parasit lainnya yang jika memasuki tubuh akan merangsang reaksi dari sistem kekebalan. Pada sebagian besar kasus, sistem kekebalan tubuh mampu mengalahkan atau menetralisir antigen. Sebaliknya jika tubuh tidak dalam keadaan prima, sistem kekebalan tubuh tidak bisa berfungsi dengan baik sehingga antigen yang masuk akan mampu menyebabkan penyakit.
Karakteristik kekebalan
Sistem kekebalan manusia mampu mengingat sebuah antigen. Jika kita sudah pernah terpapar suatu kuman, kontak berikutnya dengan kuman yang sama akan membangkitkan respons yang lebih kuat dari sebelumnya sebab tubuh sudah mengenali antigen tersebut. Inilah sebabnya cacar air biasanya hanya diderita sekali seumur hidup.
Tubuh sanggup membedakan sel-sel tubuh dan sel-sel asing. Hal ini dilakukan dengan cara memberi tanda pada setiap sel tubuh kita. Protein yang tidak memiliki tanda ini akan diperlakukan sebagai  protein asing. Sistem ini sangat efektif sehingga semua protein yang masuk ke dalam tubuh jika belum tercerna akan diperlakukan sebagai antigen dan akan dilawan.
Kelainan
Pada individu yang memiliki kelainan imunitas, sistem kekebalan mereka tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pada kondisi immunodeficiency, system kekebalan kurang berfungsi. Kondisi ini menimpa penderita HIV / AIDS, penderita yang memiliki kelainan genetik, atau pasien yang mengkonsumsi beberapa jenis obat-obatan. Sebaliknya ada keadaan dimana sistem kekebalan bekerja melawan sel-sel tubuh sendiri. Kondisi ini disebut auto-imunitas. Contoh penyakit yang disebabkan kelainan auto imunitas adalah multiple sclerosis, systemic lupus erythematosus, beberapa jenis arthritis dan diabetes tipe 1. Ada juga keadaan dimana sistem kekebalan merespon masuknya protein asing secara berlebihan yang kita sebut sebagai alergi. Zat penyebab alergi disebut alergen.
Sebenarnya ada banyak mekanisme tubuh melindungi kita dari penyakit. Kumpulan mekanisme ini disebut kekebalan bawaan dengan contoh-contoh berikut :
1.       Kulit melindungi tubuh dari penyakit karena kulit tidak bisa ditembus oleh sebagian besar mikroorganisma kecuali dalam kondisi terluka / lecet.
2.       Paru-paru secara mekanis mengeluarkan mikroorganisma maupun benda asing lainnya yang memasuki sistem pernapasan dengan cara bersin / batuk.
3.       Lendir yang ada di sistem pernapasan, lambung maupun usus mengikat mikroorganisma yang masuk ke dalam tubuh.
4.       Keringat yang keluar dari kulit dan rambut bersifat asam, mampu menghambat tumbuhnya bakteri dan jamur. Itulah sebabnya kulit yang tidak tertutup oleh rambut rentan terinfeksi bakteri dan jamur.
5.       Semua cairan tubuh (liur, air mata, riak, dan sperma) mempunyai sifat anti pathogen. Air susu ibu mengandung enzim dengan sifat anti pathogen yang kuat.
6.       Asam lambung bersifat sangat asam dan sanggup menghancurkan banyak pathogen.
7.       Ada sejenis mikroba yang menetap di usus besar yang siap memangsa bakteri lain yang memasuki tubuh dalam jumlah besar dan berkompetisi menempati ruang yang mereka tempati.
8.       Darah dan limfa memiliki sel pembunuh alami yang sanggup menekan sel kanker dan sel yang terinfeksi virus.
Sistem kekebalan bawaan diatas bersifat umum dan melawan semua jenis pathogen. Selain sistim kekebalan bawaan yang pada dasarnya ada pada setiap manusia seperti disebut diatas, ada mekanisme kekebalan yang sifatnya bisa dipelajari (diapdopsi). Pada saat tubuh diserbu antigen,tubuh akan melepaskan T cell (sel T) untuk meluruhkan sel-sel antigen yang masuk. T cell mempunyai memori dan akan mengingat pola masing-masing antigen sehingga jika terjadi serangan antigen yang sama untuk kedua kali, tubuh akan merespon serangan spesifik lebih baik dari sebelumnya.

Berdasarkan cara diperolehnya, kekebalan dibedakan menjadi kekebalan aktif dan pasif:
1.       Kekebalan aktif alami, adalah kekebalan yang diperoleh dari kontak dengan penyakit. Berkembang secara lambat tapi efeknya jangka panjang dan spesifik terhadap penyakit yang menginfeksi.
2.       Kekebalan aktif buatan (artificial) diperoleh dari imunisasi.
3.       Kekebalan pasif alami, diberikan oleh ibu kepada anak. Tidak seperti kekebalan aktif alami, bayi bisa langsung mendapatkan semua kekebalan yang dimiliki sang ibu. Tetapi efeknya bersifat sementara.
4.       Kekebalan pasif buatan diperoleh dari injeksi obat-obatan. Kekebalan jenis ini bisa langsung dirasakan dan berlaku untuk semua antigen yang dimiliki donor, namun efeknya bersifat sementara.

Referensi

Eksim - Sang Pendidih

Eksim berasal dari kata Yunani κζεμα ēkzema yang berarti mendidih (karena sesuatu). Eksim adalah nama suatu kumpulan kondisi ketidaknormalan kulit diantaranya : kekeringan kulit atau ruam-ruam yang kasar dan berulang-ulang di lokasi yang sama, merah-merah, pembengkakan pada kulit, gatal-gatal, lecet, retak-retak dan bahkan pendarahan.  Kondisi ini sering disertai rasa gatal yang apabila digaruk akan mengakibatkan luka semakin membesar. Pada luka yang sudah sembuh, bekas lukanya membutuhkan waktu lama untuk hilang.
Sekitar 3.5% penduduk dunia menderita eksim. Di negara tertentu, persentase jumlah penderitanya lebih tinggi dari negara lain. Contohnya adalah Singapura yang 21% penduduknya menderita eksim.
Eksim penyebabnya bermacam-macam. Ada eksim yang terjadi karena alergi. Alergi bisa disebabkan oleh deterjen, logam, semen basah, sentuhan dengan beberapa jenis tanaman, atau sebab-sebab lainnya. Ada juga eksim yang diakibatkan oleh sengatan sinar matahari (phototoxic dermatitis). Selain karena sinar matahari, ada juga jenis eksim yang diakibatkan kondisi kulit kering yang ekstrim. Penderita eksim biasanya tidak nyaman berada pada kondisi yang terlalu panas atau terlalu dingin karena dua kondisi itu bisa memperparah eksimnya. Eksim eksim jenis ini relatif mudah disembuhkan jika pencetusnya bisa dihindari atau setidaknya dikurangi.
Berdasarkan riset terbaru, sebagian besar penderita eksim mengalami mutasi filaggrin (protein di dalam kulit) yang menyebabkan pelemahan lapisan pelindung alami kulit. Pada kulit manusia normal ada bahan kimia alami yang bekerja menghambat pertumbuhan bakteri (anti microbial). Pada penderita eksim, keberadaan anti microbial ini jauh lebih sedikit sehingga jumlah bakteri yang mampu bertahan di permukaan kulit lebih banyak. Sistem imun pada penderita eksim gampang bereaksi jika terpapar tungau (dust mite) atau bulu binatang.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang terbukti mampu menghilangkan eksim sepenuhnya. Pengobatan diarahkan untuk menghilangkan symptom dan menghilangkan rasa gatal dan radang / sensasi terbakar pada kulit. Ini untuk mencegah penderita menggaruk kulit yang akan memperparah sakit si penderita. Obat yang sering dipakai adalah kortikosteroid.  Pada eksim ringan, kortikosteroid ringan akan dipakai, sebaliknya jika eksimnya parah kortikosteroid kuat akan digunakan. Semakin kuat kortikosteroid, semakin besar resikonya. Pemakaian kortikosteroid dalam jangka panjang akan menyebabkan kulit semakin menipis sehingga kulit menjadi mudah terluka / lecet. Dokter akan menerapkan prinsip kehati-hatian dalam memakai obat ini untuk mengobati permukaan kulit yang luas sebab ada resiko kortikosteroid diserap tubuh dan menyebabkan gangguan kesehatan serius.
Tata laksana pengobatan eksim (management of eczema)
Kortikosteroid hanya boleh digunakan selama diperlukan. Begitu gangguan gatal dan luka sudah berkurang, penggunaan kortikosteroid seyogyanya dihentikan. Gunakan pelembab (emollient) sebagai terapi lanjutan.
Pada kasus eksim yang luar biasa parah, kadang-kadang pasien diresepkan immunosuppressant, sejenis obat untuk menekan sistem kekebalan tubuh (perlu diketahui bahwa eksim disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel-sel kulit kita sendiri). Namun penggunaan obat jenis ini dimonitor dengan ketat dan tes darah dilaksanakan secara berkala. Untuk mengatasi rasa gatal disertakan obat anti gatal atau hidrokortison.
Tips untuk penderita eksim
1.       Sabun biasa rata-rata menghilangkan minyak alami yang diproduksi kulit. Gunakan sabun yang banyak mengandung pelembab. Sabun bayi cukup aman untuk dipakai.
2.       Gunakan pelembab (moisturizer / emollient) jika kulit terasa kering dan sensasi gatal sudah dirasakan. Pemakaian sesudah mandi paling dianjurkan.
3.       Hindari bekerja di daerah yang banyak allergen nya (debu, pasir, panas matahari, dingin dan kotor).
4.       Jika alergi dipicu oleh makanan (misalnya sea food, susu, telur atau protein tingkat tinggi) aturlah diet atau hindari sepenuhnya. Jika alergi dipicu oleh bahan pakaian tertentu (wol) dan logam tertentu (nikel) hindarilah material ini.
5.       Stress juga dikenal dapat memicu eksim. Praktekkan stress management yang sesuai dengan pekerjaan dan kondisi anda.
6.       Praktekkan gaya hidup sehat, diet makanan sehat, olahraga dan istirahat cukup untuk meningkatkan imunitas secara general.
Referensi

More

Whats Hot