Alergi

Alergi adalah salah satu kondisi kesehatan kronis yang diderita oleh banyak orang di seluruh dunia. Efeknya bermacam-macam mulai dari hanya sekedar bentol di kulit hingga akibat yang bisa membahayakan jiwa.
Berdasarkan informasi dari AAAAI (American Academy of Allergy Asthma and Immunology) organisasi yang beranggotakan ribuan spesialis di bidang alergi dan pakar sistem kekebalan, alergi bermula dari sistem kekebalan manusia sendiri yang berperan penting dalam melindungi tubuh kita dari serangan mikroorganisma penyebab penyakit. Pada penderita alergi, sistem kekebalan keliru mengenali zat-zat yang tidak berbahaya (yang disebut alergen) sebagai pembawa penyakit. Akibatnya sistem kekebalan memicu tubuh kita memproduksi antibodi-antibodi yang diklasifikasikan sebagai Immunoglobulin E dan disalurkan ke sel-sel yang kemudian merespon dengan memproduksi histamin. Histamin inilah yang kemudian menyebabkan reaksi alergi. Respon alergi menyebabkan reaksi awal seperti bersin-bersin, gatal, ingus dan mata berair. Boleh dikatakan bahwa reaksi alergi dipicu oleh sistem kekebalan yang memberikan respons terhadap “false alarm”.
Reaksi alergi biasanya mengakibatkan simptom di hidung, paru-paru, tenggorokan, sinus, telinga, perut atau kulit. Untuk sebagian orang reaksi alergi bahkan mampu memicu asma. Alergen yang umum dijumpai adalah pollen, debu, makanan-makanan tertentu, sengatan racun serangga, binatang (dander), jamur, obat-obatan, dan bahkan latex (sejenis karet).

Anafilaksis
Alergen bisa masuk ke dalam tubuh lewat udara (terhirup), makanan /minuman atau lewat kulit. Alergen tertentu bisa masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan reaksi yang hebat yang mengancam jiwa, kondisi ini disebut anafilaksis. Saat terserang anafilaksis, jaringan-jaringan tubuh membengkak. Yang paling berbahaya adalah apabila jaringan di tenggorokan ikut membengkak hingga mempersempit jalan nafas. Anafilaksis juga dapat menyebabkan tekanan darah menurun drastis. Menurut referensi dari Ohio State University Medical Center simptom-simptom tersebut kadang-kadang disertai oleh gejala-gejala seperti gatal dan ruam-ruam (hives) di sekujur tubuh, pembengkakan kerongkongan dan lidah, kesulitan bernafas, pusing, pening, kejang perut, mual, diare, shock dan kehilangan kesadaran. Anafilaksis biasanya disebabkan oleh serum, sengatan serangga (bisa), bahan kimia atau reaksi obat.
Karena alergi berhubungan erat dengan sistem kekebalan, adalah pilihan yang logis bila dokter merujuk pasien dengan kasus alergi berat untuk menjalani terapi sistem kekebalan (immunotherapy). Terapi alergi dalam bentuk injeksi dilaporkan mengurangi sensitivitas pasien terhadap alergen. Ada beberapa laporan yang menyatakan bahwa terapi tersebut mampu bertahan lama bahkan setelah terapi tersebut dihentikan. Ini membuat immunotherapy menjadi salah satu metoda yang efektif dan hemat biaya.
Dalam sebuah publikasi ilmiah yang diterbitkan pada tahun 2004 dengan judul “Treatment of Allergic Manifestations with Transfer Factor” disebutkan bahwa Transfer Factor (TF) mampu meningkatkan jumlah T-supressor lymphocyte sehingga memberikan fungsi immunoregulatory pada saat terjadi reaksi alergi. Di publikasi yang sama juga disebut bahwa pemberian TF mampu menghilangkan simptom eksim untuk mayoritas pasien bahkan sampai 3 bulan setelah terapi dihentikan. Sedangkan pada populasi anak-anak pengidap asma yang dipicu oleh alergi pollen, kondisi anak-anak tersebut membaik setelah 2 minggu mengkonsumsi TF. Percobaan yang dilakukan menunjukkan bahwa selama terapi TF, paparan terhadap pollen tidak membangkitkan reaksi alergi.
Teknologi telah memungkinkan 4Life (salah satu perusahaan yang memproduksi Transfer Factor) menghasilkan produk yang diturunkan dari colustrum sapi dan kuning telur ayam. Produk ini mampu mengatasi alergi  dengan baik (catatan : konsultasikan kepada dokter jika anda mempunyai alergi terhadap susu sapi atau telur ayam).

Referensi

0 komentar:

Posting Komentar

More

Whats Hot